- Beranda
- Profil
- Layanan
- Data & Publikasi
- Informasi Publik
- Tautan
- Kontak Kami
Labuan Bajo, 10 Juli 2025 — Di balik lembar-lembar kain tenun yang indah dari Nusa Tenggara Timur, tersimpan cerita perjuangan perempuan tangguh dan semangat pemberdayaan yang kini mendapat dukungan nyata dari negara. Melalui program Kampung UMi Klaster Tenun, Pusat Investasi Pemerintah (PIP) tak hanya menyalurkan dana, tetapi juga merajut harapan baru bagi para pelaku UMKM dan pengrajin di daerah.
Program ini menjadi bagian dari upaya PIP dalam memperluas akses Pembiayaan UMKM yang hingga Semester I 2025 telah tersalurkan sebesar Rp 3,97 triliun kepada 745.653 pengusaha UMKM yang tersebar di 510 Kab/Kota se-Indonesia atau mencapai 50,72% dari target tahun 2025. Namun, lebih dari sekadar angka, PIP membuktikan bahwa pembiayaan ini menyentuh akar kehidupan masyarakat terutama para perempuan melalui pendekatan komunitas yang menyeluruh, seperti yang dilakukan di Kampung UMi Klaster Tenun di NTT.
Dari Pelatihan Hingga Pasar, PIP Dampingi Penenun Lokal Bertumbuh
Sejak 2024, PIP telah membina 150 penenun perempuan dengan memberikan pelatihan teknis, menyalurkan 480 alat tenun, serta mengenalkan mereka pada pewarnaan alami dan digitalisasi promosi produk. Program yang memasuki tahun kedua ini menyasar lebih dari 225 pelaku usaha tenun di enam desa Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Program dilanjutkan dengan peningkatan kapasitas produksi, pelatihan pembuatan produk turunan (seperti tas, dompet, dan aksesoris), serta penguatan rantai pasok usaha tenun.
“Keberhasilan ini tampak dari struktur kelompok yang kini lebih solid, kemampuan produksi yang meningkat, dan kehadiran produk tenun lokal di pasar digital,” ungkap Soeharto, Direktur Keuangan, Umum, dan Sistem Informasi PIP, dalam media briefing di Rumah Tenun Labuan Bajo, Kamis (10/7).
Produk-produk unggulan dari Klaster Tenun ini kini telah dipasarkan melalui Official Store Tenunin di Labuan Bajo dan bahkan telah masuk ke sektor pariwisata, seperti kerja sama dengan Bo’a Vida Resort di Rote.
Wariskan Kearifan Lokal, Tanpa Abaikan Keberlanjutan
Yang lebih membanggakan, program ini juga menggagas regenerasi perajin tenun dengan program ekstrakurikuler pewarna alami yang diikuti oleh anak anak sekolah di 4 sekolah sekitar Kabupaten TTU. Pusat Investasi Pemerintah (PIP) mendorong transformasi sektor kerajinan tenun di Nusa Tenggara Timur menjadi komoditas ekonomi berdaya saing melalui program Kampung UMi Klaster Tenun NTT. Lebih dari 40 anak sekolah di desa binaan kini telah belajar membuat warna dari kulit mahoni, daun jati, dan pohon ketapang.
“Ini bukan hanya tentang teknik, tapi tentang nilai keberlanjutan dan kecintaan pada budaya lokal sejak dini,” ujar Soeharto.
Sistem Rantai Pasok: Menenun Masa Depan yang Lebih Kuat
Tak hanya memberi bantuan, PIP juga mendorong kemandirian pelaku UMKM melalui sistem rantai pasok. Setiap penenun menyisihkan sebagian dari keuntungan penjualan untuk membeli kembali benang, sehingga siklus produksi tetap berjalan tanpa ketergantungan bantuan.
“Dengan cara ini, para penenun tidak lagi mengalami kesulitan modal, dan proses produksi bisa terus berputar,” imbuhnya.
PIP menargetkan peningkatan omzet para penenun pada tahun ini, Kampung UMi menjadi bukti bahwa dengan pendampingan yang tepat, potensi lokal bisa tumbuh menjadi kekuatan ekonomi nyata.
Lebih dari Dana, PIP Hadirkan Harapan
Hingga pertengahan 2025, total pembiayaan ultra mikro PIP sejak awal program telah menjangkau 12,5 juta debitur dengan nilai mencapai Rp 50,4 triliun, tersebar di 510 kabupaten/kota di Indonesia. Yang membanggakan, 96 persen dari penerima manfaat adalah perempuan. Kampung UMi Klaster Tenun menjadi wajah dari semangat ini bahwa UMKM tidak sekadar perlu diberi modal, tapi juga diberi arah, ilmu, dan pasar. Melalui tangan-tangan perempuan daerah, PIP membantu mengangkat budaya, membangun ekonomi, dan menyiapkan masa depan yang lebih mandiri dan berkelanjutan.