BUMDes Tibubeneng jadi Percontohan Penyaluran Kredit Ultra Mikro di Bali

18 Agustus 2022
BUMDes Tibubeneng jadi Percontohan Penyaluran Kredit Ultra Mikro di Bali BUMDes Tibubeneng jadi Percontohan Penyaluran Kredit Ultra Mikro di Bali

DENPASAR – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Gentha Persada Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, menjadi proyek percontohan untuk penyaluran kredit ultra mikro kepada pelaku usaha mikro.

Kementerian Keuangan sebagai penginisiasi proyek percontohan memilih BUMDes Tibubeneng karena dinilai mampu mengelola kredit secara profesional. Hal itu terlihat dari berjalannya koperasi yang dikelola oleh BUMDes.

Penyelenggaraan program percontohan penyaluran kredit ultra mikro oleh BUMDes Tibubeneng diharapkan dapat mendorong percepatan pengembangan usaha mikro di kawasan desa wisata tersebut. 

Adapun, potensi penyaluran kredit ultra mikro di desa tersebut ditaksir mencapai Rp40 miliar, dengan jumlah sasaran UMKM mencapai 2.230 pelaku usaha.

Direktur BUMDes Gentha Persada Tibubeneng, I Putu Ramaditya Mardhayiska, mengatakan realisasi penyaluran kredit akan dimulai dalam waktu dekat setelah penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara Kemenkeu dan BUMDes Tibubeneng. 

“Penyaluran kredit ini tidak hanya untuk pelaku usaha mikro di desa Tibubeneng, tetapi juga bagi pelaku usaha mikro di desa lain,” jelas Ramaditya, Kamis (18/8/2022). 

Menurut Ramaditya, jika proyek percontohan ini berhasil dan mencapai target, volume penyaluran kredit pada tahun berikutnya akan semakin besar dengan menyasar pelaku UMKM yang lebih luas. 

Desa Tibubeneng yang merupakan pusat pariwisata internasional di Kuta Utara, menjadi pasar yang potensial bagi pelaku UMKM setempat. Kehadiran kredit ultra mikro diharapkan dapat menjadi jalan bagi pelaku usaha yang membutuhkan modal untuk menyasar potensi pasar yang ada sekaligus mengembangkan usahanya. 

Perbekel Desa Tibubeneng I Made Kamajaya menambahkan, potensi UMKM di Tibubeneng sedang bertumbuh, terutama dari kalangan generasi muda. 

Terdapat 150 UMKM yang sedang tumbuh, dengan menjual berbagai produk yang berkaitan dengan pariwisata mulai dari kuliner, feshion, dan handicraft khas Bali. 

Selama ini pelaku UMKM di desa Tibubeneng berperan sebagai offtaker dari berbagai produk khas Bali yang dibuat di berbagai daerah di Bali. 

“Kami memang tidak punya produk khas, karena UMKM di Tibubeneng menampung berbagai produk khas Bali seperti handicraft dan lainnya, kemudian dijual oleh UMKM Tibubeneng kepada tamu yang datang. Karena memang pusat pasarnya di sini” ujar Kamajaya.

Dia mengakui, program kredit ultra mikro yang sedang digalakkan membantu mengembangkan UMKM Tibubeneng memperbesar usahanya. Selain mendapatkan kredit, para pelaku UMKM Tibubeneng juga akan mendapatkan pendampingan.